Kota angkasa adalah salah satu kota yang pada masanya di kenal dengan desa dagang karena kota angkasa memiliki perkembangan perekonomian yang sangat pesat kemajuannya, orang yang mendiami kota ini merasa kehidupan nya sangat maju, maka tak di herankan lagi sifat ke indifidualnya juga pasti ada serta terjadi banyak problem sosial ekonominya.
Di pinggiran kota itu hidup seorang pria tua di gubuk yang sangat sederhana, pria tua itu umurnya sekitar 75 tahun nama pria itu adalah pak Japa, pria tua ini di anugerahi tiga anak laki-laki dari seorang istri yang telah lama meninggal dunia akibat di bugukin warga sebab dia di tuding atas pencurian seekor sapi padahal belum di ketahui dengan jelas akan fakta nya seperti apa.
Dalam keseharian nya pak japa hanya petani kecil yang menghidupkan ketiga anaknya lewat hasil garapan sawahnya, pria tangguh ini tak pernah menyerah atas keras nya kehidupan walaupun dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan itu pak japa tak luput dari rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang selalu di berikan Tuhan kepada dirinya.
Ke tiga anaknya itu kini tumbuh menjadi pemuda yang berbakat sayangnya mereka tak pernah merasakan aroma pendidikan untuk mengasah lebih tajam bakat yang mereka miliki, mau sekolah bagaimana sedangkan ayah mereka hanyalah seorang petani kecil dan telah umuran, sebetulnya mereka sangat rindu untuk bersekolah seperti anak-anak yang lain di sekitar mereka, kerinduan itu selalu ada dalam setiap mimpi mereka namun apalah daya kerinduan hanya tinggal kerinduan, bagai bumi menantikan hujan akan tetapi semuanya hilang di telan waktu, mereka selalu dibuli dan di hujat anak bodoh, miskin dan bau sama teman-teman mereka yang berpendidikan, bayangkan saja hidup ketiga anak malang itu selalu ditekan, mereka malu serta sakit hati setelah mendengar hujatan-hujatan itu akan tetapi dengan demikian ketiga anak itu tak pernah membantah salah satu hujatan yang dilontarkan kepada mereka, hanya dengan diam dan tak melawan mungkin itu jalan yang terbaik bagi mereka karena mereka menyadari bahwa kondisi ayah mereka tidak mampu menunjang mereka untuk bersekolah sehingga mereka memutuskan untuk tetap bertahan dan membantu pak japa saja.
Pada suatu hari ayah ketiga anak itu sakit dan tak berdaya sama sekali, pak japa hanya bisa berbaring di pembaringannya, wajah sang ayah yang tangguh itu di selimuti dengan tangisan air mata, sementara tak ada biaya untuk pengobatan di rumah sakit atau klinik terdekat, pak japa hanya mengandalkan obat-obatan tradisional agar dapat bertahan dari sakitnya, dengan keadaan seperti itu pak japa tak lagi menggarap sawah, sehingga yang menggantikan tugasnya adalah ketiga anaknya itu.
Setiap hari ketiga anak itu bergantian tugas untuk menggarap sawah dan menjaga ayah nya yang sedang sakit, mereka berbanting tulang bekerja keras karena kini menjadi tugas mereka menggantikan pak japa, legah rasanya hati pak japa melihat anak-anaknya itu, dengan tangis doanya dalam hati berterimakasih kepada Tuhan karena dia di anugerahi anak-anak yang berbahkti dan bertanggung jawab.
Dalam waktu seminggu Pak japa masih bertahan dengan keadaan sakitnya hingga pada suatu hari di akhir pekan sekitar pukul 6 sore terjadi suasan terharu di tengah-tengah keluarga yang malang itu, di mana pria tua itu sudah tak tahan dengan sakitnya sehingga hidupnya harus berakhir di pembaringan tanpa meninggalkan pesan bagi anak-anaknya karena pada saat itu ketiga anak nya masih bekerja menggarap sawah, ketiga berdaudara itu sama sekali tidak tau apa-apa, setelah selasai menggarap sawah mereka pulang dan menemukan pak japa sudah dalam keadaan sekarat, isak tangis air mata jatuh berlinang dipipih membasahi wajah ketiga anak itu, memang sulit di terimah kejadian itu, tetapi harus bagaimana pria yang sangat mereka sayangi kini telah pergi meninggalkan mereka, dengan keadaan terharu dan tak berdaya ketiga anak itu hanya mampu meratapi kesedihan dan menerima semuanya itu, mungkin sudah takdirnya dari Yang Maha Kuasa, sehingga sekalipun penyesalan datang mereka hanya mampu berpasrah diri, saat matahari mulai terbenam ketiga anak yang penuh dengan duka, menguburkan ayah mereka di samping taman rumah mereka.
Ketiga bersaudara itu kini menjadi yatim piatu hidup serba kekurangan dan tak punya siapa-siapa lagi, mereka harus bertarung dengan kehidupan yang amat keras demi menafkai hidup mereka sendiri, selepas dari kepergian sang ayah yang tangguh dan penuh kasih sayang membuat mereka merasa tak bisa berbuat apa-apa, namun kalau bukan mereka yang menghidupkan diri mereka sendiri lantas siapa lagi yang harus mereka bersandar, sementara mereka hidup di tengah-tengah lingkungan yang indifidualistik, hal itu membuat mereka sadar dan bangkit dari segala kejatuhan mereka.
Hingga sampai pada suatu hari ketika pemerintah kota angkasa membuat suatu penilitan di bidang ekonomi dan dari hasil penelitian diprediksi kota angkasa beberapa tahun kedepan akan di landa krisis ekonomi di karenakan kemajuan yang pesat membuat masyarakat kota angkasa tidak lagi sibuk dengan bercocok tanam, budaya bercocok tanam semakin tergeserkan dengan pesatnya kemajuan sehingga masyarakat kota angkasa lebih merasa nyaman dengan segala sesuatu yang bersifat instan tanpa di sadari mereka lupa akan budaya yang mereka miliki, dengan kondisi demikian pemerintah kota angkasa mengadakan suatu seyembara agar tetap menjaga eksistensi kebudayaan lokal kota angkasa dan demi menjaga kestabilan ekonomi dengan metode dan konsep bercocok tanam, karena dengan demikian pemerintah kota angkasa percaya hal ini akan mampu menjawab kebutuhan sandang, pangan dan papan dari krisis yang akan datang.
sayembara itu bertemakan generasi muda yang kreatif dan inofatif dalam membangun perekonomian, berita sayembara di sebarkan ke seluruh kalangan pemuda di masyarakat kota angkasa karena bersifat terbuka bagi siapapun, di butuhkan 3 orang juara dengan hadia yang nantinya di berikan oleh pemerintah kota adalah menjadi kepala bidang koordinator perekonomian kota angkasa yang akan di angkat langsung oleh pemerintah kota angkasa.
sayembara itu bertemakan generasi muda yang kreatif dan inofatif dalam membangun perekonomian, berita sayembara di sebarkan ke seluruh kalangan pemuda di masyarakat kota angkasa karena bersifat terbuka bagi siapapun, di butuhkan 3 orang juara dengan hadia yang nantinya di berikan oleh pemerintah kota adalah menjadi kepala bidang koordinator perekonomian kota angkasa yang akan di angkat langsung oleh pemerintah kota angkasa.
Informasi sayembara terdengar sampai ke telinga ketiga bersaudara anak dari seorang petani tangguh yang hidup dipinggiran kota itu, ketiga-tiganya memutuskan untuk menjadi satu tim dan mengikuti sayembara itu tanpa terkecuali. Sekitar seratus (100) orang personil yang akan mengikuti sayembara, hal tersebut membuat ketiga bersaudara itu cukup gugup saat hari pertama sayembara di mulai karena yang mereka hadapi adalah orang-orang yang berpendidikan tetapi mereka sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan dunia pendidikan, ketiga pemuda malang itu hanya mengandalkan pengalaman mereka sewaktu menggarap sawah, dengan adanya pengalaman itu membuat mereka tampil percaya diri pada hari-hari-hari berikutnya saat sayembara dilangsungkan hingga pada akhirnya rencana Tuhan indah pada waktunya diantara seratus (100) orang personil yang mengikuti sayembara itu ternyata yang menjadi juara adalah ketiga besaudara itu, hasil itu diputuskan yuri saat menilai hasil kerja para peserta. Dengan demikian ketiga bersaudara itu diangkat pemerintah kota untuk menjadi koordinasi bidang perekonomian kota angkasa. Kini ketiga pemuda yang malang nasibnya itu telah menjadi orang besar dan sukses. teman-teman di sekitar mereka tak berani untuk menghujat dan membuli mereka lagi, sayangnya saat kesuksesan yang mereka raih tak sempat di rasakan oleh kedua orang tua mereka.
EmoticonEmoticon