Di Balik Jendela Nusantara Abad 21, Oleh Bung Youngki



Youngki
Nusantara adalah negeri yang kaya akan segala sesuatu, ibarat surga kecil yang ada di bumi, oleh sebab itu kekayaan inilah yang menjadi motif utama hegemoni kapitalis semakin menjadi-jadi, dalam sejarah tercatat nusantara pernah terjajah selama kurang lebih 350 tahun (tiga setengah abad), dalam kurun waktu yang cukup panjang ini, rakyat nusantara di ekspolitasi dan dijajah dengan tidak perikemanusiaan, sehingga mengakibatkan penderitaan rakyat dimana-mana.

Di masa itu pun kemiskinan semakin meraja lelah hingga sampai pada pelosok negeri ini, rakyat nusantara hampir sebagian besar lahan-lahannya di kuasi dan di ekspolitasi oleh kolonial dengan sesuka hati dan semata-mata hanya demi kepentingan mereka, rakyat di bodohi dan dan di buat tidak berdaya agar tidak boleh melawan melainkan hanya ikut apa yang di katakan. namun dengan kondisi seperti itu, melahirkan banyak pejuang yang dengan semangat cinta akan tanah air, bangkit dengan gagah perkasa melawan penjajah, bertempur dalam perang-perang yang bergeliria, hingga titik darah penghabisan, dan mampu mengahantarkan bangsa indonesia sampai kepada pintu kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945.

Dengan demikian boleh kita katakan bahwa ternyata bangsa kita memiliki masa lampau yang sangat menyakitkan, artinya bangsa ini tidak berdiri dengan cuma-cuma, namun melalui proses tahapan perjuangan yang sangat panjang. sekarang kita telah merdeka dari penjajah dan kolonial, namun yang menjadi pertanyaan yang perlu kita refleksikan bersama adalah apakah merdeka hanya sebagai bentuk kemenangan atas penjajah seperti yang tertulis dalam buku sejarah ?, lantas apa yang kita perbuat untuk membalas jasa para pahlawan kita yang relah mati di dalam medan perang demi mempertahankan bangsa dan tanah air kita, agar tetap hidup dalam satu bingkai persatuan dan keadilan serta kesejahtraan.i

Di dalam ulasan ini saya mencoba mengajak kita untuk membuka jendela nusantara abad ke 21, dan kemudian tengoklah kebawa apa yang terjadi disana, fakta di balik jendela itu adalah kita tidak hidup seperti pesan-pesan yang telah ditipkan oleh para leluhur kita, ,leluhur membangun bangsa ini dengan perjuangan yang tidak gampang, mereka berusaha mengikrarkan sumpah, agar tetap menajdi satu, namun nyatanya hari ini, anak cucunya ada sebagian yang ternyata ingin mengingkari sumpah itu.

Hari ini dalam kehidupan bangsa dan negara kita, lima sila yang di bangun untuk menjadi pondasi langkah berpijak kita yakni PANCASILA, tidak dicernah dan dijalani, namun di konsepkan sedemikian rupa oleh sekelompok orang, dengan pemahaman yang sempit, sehingga rekontruksi pemikiran dan tindakan mereka ingin mengobrak-abrik bangsa ini, dengan semangat permusuhan terhadap sesama saudarinya.

Bukan saja itu, fakta-fakta lain juga menjelaskan bahwa kita memang tidak dijajah secara fisik seperti dahlu kala, namun kita dijajah secara abstrak namun dapat di rasakan, apakah benar ?, ia karena demikianlah seperti yang di katakan oleh, sang proklamator Bung Karno, perlawanan ku melawan penjajah tidak seberapa di bandin perjuangan mu melawan bangsa sendiri. jelas dan benar adanya, hari ini kita bingung siapa kawan dan siapa lawan. sehingga kita sendiri yang mengakibatkan masih banyak isak tangis kelaparan yang terdengar datang dari berbagai pelosok negeri ini, rakyat yang mempunyai, rakyat memberi namun sedikitpun balas budi tak pernah mereka dapatkan, malah yang ada mereka semakin kehilangan tanah-tanahnya, dan mereka semakin di bodohi, kasaranya mereka hanya seperti boneka yang yang di perminkan. apa ini demokrasi yang kita inginkan ?.

Di lain sisi ada sebuah pertanyaan, mengapa semua itu bisa terjadi ?, hal itu terjadi karena sesungguhnya, bangsa kita telah kehilangan jati dirinya, sehingga panggung-panggung kehidupan menjadi tempat sandiwara untuk dapat menghegemoni. sayangnya mereka lupa siapa yang mereka kuasai, tenyata saudara-saudari mereka sendiri, ternyata yang mereka kuasai adalah rakyat mereka sendiri. bangsa kita hari ini tak jauh berbeda dengan bangsa kanibal.

Seringkali kita berdebat soal beda, seakan hanya mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, banyak pertanyaan yang sering kali muncul dalam setiap perdebatan namun hanya sedikit yang mencari jawaban. hal itu membangun jurang di antara kita, hingga pada akhirnya kita lupa akan siapa kita dan kemana tujuan kita, yang ada hanyalah api amarah yang membakar sanubari kita untuk saling memusuhi sesama kita.

Kita lupa bahwa siapa yang sedang kita lawan, maka dengan mudah musuh mampu menerobos pertahanan kita, lihat saja apa yang terjadi sekarang, hegemoni kapitalis telah menjalar dan melilit nafas kehidupan kita, mereka seperti badai datang menghancurkan segala sesuatu yang ada pada kita. bukan kah ini yang harus kita lawan ?, kita harus tetap siap siaga, karena pencuri datang tak memberi kabar. 


EmoticonEmoticon